Yuk Perlu Tahu Pengertian Kurikulum Prototipe, Manfaat dan Karakteristiknya !!!
Dampak positif penerapan kurikulum darurat menjadi dasar dibukanya pilihan kurikulum prototipe yang bersifat sukarela untuk sekolah. Untuk itu, sekolah dituntut untuk terlebih dahulu memahami konsep kurikulum kurikulum prototipe ini.
Akhir-akhir ini kurikulum prototipe menjadi perbaincangan hangat dalam dunia pendidikan. Kurikulum prototipe adalah kurikulum pilihan (opsi) yang dapat diadaptasi dalam satuan pendidikan mulai tahun ajaran (TA) 2022/2023. Kehadiran kurikulum prototipe pada dasarnya adalah untuk melanjutkan arah pengembangan kurikulum sebelumnya (kurtilas).
Jika kita melihat dari kebijakan yang akan di ambil oleh para pemangku kebijakan, nantinya sebelum kurikulum nasional dievaluasi tahun 2024, satuan pendidikan akan diberikan beberapa pilihan kurikulum untuk diterapkan di sekolahnya masing-masing.
Pada 2024 nanti, kebijakan kurikulum nasional akan dikaji ulang berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.
Kurikulum prototipe ini boleh dikatakan sebagai Kurikulum Paradigma Baru yang akan diberlakukan secara terbatas dan bertahap melalui program sekolah penggerak yang beberapa tahun ini sedang dijalankan. Pada akhrinya nanti kurikulum prototipe akan diterapkan pada setiap satuan pendidikan yang ada di seluruh Indonesia.
Nah, sebelum kurikulum prototipe ini diterapkan pada setiap satuan pendidikan, admin akan berbagi info lebih dan mengajak sobat untuk lebih mengenal kurikulum prototipe itu sendiri.
1. Pengertian Kurikulum Prototipe 2022
Banyak guru yang penasaran dan bertanya, apa itu kurikulum prototipe 2022? Apa saja manfaat kurikulum prototipe 2022? Apa karaktersitik kurikulum prototipe 2022?
Sederhananya, prototipe adalah contoh yang dapat diartikan sebagai model pertama atau kasus uji. Prototipe tersedia untuk menguji apakah konsep yang diajukan tidak dapat diterapkan atau untuk menguji selera pasar.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI Online), prototipe merupakan model pertama yang dijadikan contoh. Perilaku juga dapat disebut sebagai contoh standar. Namun jika kita melihat asal kata, prototype adalah kata bahasa Inggris untuk pinjaman, yaitu prototype.
Kurikulum Prototipe 2022 ditawarkan sebagai opsi tambahan untuk rehabilitasi pendidikan pada 2022-2024. Kebijakan Kurikulum Nasional akan ditinjau kembali pada tahun 2024 berdasarkan penilaian yang dilakukan selama masa pemulihan.
Kurikulum prototipe mendorong pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa, dan memberikan ruang tambahan untuk pengembangan perilaku dan keterampilan dasar.
2. Mengapa Perlu Ada Kurikulum Prototipe?
Kepala BSKAP, Anindito Aditomo mengatakan bahwa kita mengalami krisis belajar (learning crisis) sejak cukup lama. Studi-studi nasional maupun internasional menunjukkan bahwa banyak siswa kita yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar.
Studi-studi tersebut juga menunjukkan bahwa ada kesenjangan besar antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Setelah pandemi, krisis belajar ini menjadi semakin parah.
Untuk mengatasi krisis belajar kita perlu perubahan yang sistemik. Kualitas guru dan kepala sekolah tentu menjadi faktor kunci. Tapi kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh kurikulum yang digunakan.
Kurikulum menentukan materi yang diajarkan di kelas. Kurikulum juga mempengaruhi kecepatan dan metode mengajar yang digunakan guru.
Betul bahwa guru yang hebat akan bisa menerapkan pembelajaran yang baik, apa pun kurikulumnya. Tapi kurikulum yang baik bisa mendorong sebagian besar guru untuk berfokus pada tumbuh kembang karakter dan kompetensi murid. Kurikulum yang baik tidak memaksa guru untuk “kejar tayang materi”, melainkan mendorong guru untuk lebih memperhatikan kemajuan belajar muridnya.
Untuk itulah Kemendikbudristek mengembangkan kurikulum prototipe: sebagai bagian penting upaya memulihkan pembelajaran dari krisis yang sudah lama kita alami.
3. Prinsip Dasar Kurikulum Prototipe
Kepala Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud-Ristek, bapak Anindito Aditomo dijelaskan bahwa kelebihan kurikulum prototipe adalah keseriusan dalam mewujudkan beberapa prinsip mendasar yang menjadi benang merah desain kurikulum nasional sejak dua puluh tahun silam.
Apa saja prinsip tersebut? Paling tidak ada tiga:
1. Berbasis kompetensi, bukan konten.
Artinya, kurikulum disusun berdasarkan kompetensi yang ingin ditumbuhkan pada siswa. Yang penting bukan keluasan materi atau seberapa banyak materi yang diajarkan oleh guru, melainkan apa yang bisa dilakukan siswa dengan materi tersebut. Yang penting adalah pemahaman atas materi dan kemampuan menerapkan, mengevaluasi dan bahkan merumuskan pengetahuan itu sendiri.
Dalam kurikulum prototipe, prinsip ini diterjemahkan secara lebih serius dengan berfokus pada materi yang esensial. Harapannya guru tidak terbebani hanya "kejar tayang" menyelesaikan materi, tapi punya waktu memandu diskusi dan menerapkan metode pembelajaran yang lebih interaktif.
2. Orientasi yang holistik.
Bahwa pendidikan harus menumbuhkembangkan siswa secara utuh. Bukan hanya kemampuan akademiknya, tapi juga kompetensi dan karakternya.
Kurikulum prototipe memberi porsi waktu khusus bagi pembelajaran berbasis projek. Ini pembelajaran yang lintas mata pelajaran dan memandu siswa untuk berkolaborasi, menciptakan karya atau menyelesaikan problem yang relevan bagi kehidupan mereka. Contoh sederhananya adalah kolaborasi membuat karya seni, merancang pentas budaya atau pentas olah raga, meneliti masalah sampah di lingkungan sekitar.
3. Ruang bagi kontekstualisasi di tingkat satuan pendidikan.
Kontekstualisasi artinya penyesuaian kurikulum dengan visi-misi sekolah dan juga kebutuhan belajar siswanya. Ini hanya bisa terjadi jika struktur dan materi wajib yang dari pemerintah pusat memberi ruang untuk melakukan inovasi.
Ini difasilitasi secara lebih serius dalam kurikulum prototipe. Jam pelajaran tidak lagi diikat per minggu, melainkan per tahun. Ini memungkinkan sekolah untuk merancang kurikulum secara lebih fleksibel. Selain itu, capaian belajar juga tidak "ditagih" setiap tahun, melainkan setiap fase (2-3 tahun). Hal ini memungkinkan variasi kecepatan dan sekuens pembelajaran antar sekolah. Hal ini juga diharap mendorong guru untuk mengajar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Jadi kelebihan kurikulum prototipe adalah ia memperkuat prinsip-prinsip dasar yang sudah menjadi bagian dari kurikulum sebelumnya, terutama pada pengembangan kompetensi dan karakter siswa, serta fleksibilitas yang mendorong inovasi di tingkat satuan pendidikan.
Anindito Aditomo juga mengatakan bahwa terkait kurikulum, salah satu pertanyaan menarik yang disampaikan adalah soal kepercayaan orang tua. Pengurangan materi dalam kurikulum membuat sebagian ortu kuatir: apakah hal ini tidak justru mengurangi bekal anak-anak untuk sukses? Rupanya pesan bahwa kurikulum baru akan berfokus pada materi esensial sudah mulai sampai ke para ortu.
Pengurangan materi memang konsekuensi dari keinginan merancang kurikulum yang lebih fleksibel dan berfokus pada kompetensi dan karakter. Jika materi yang diwajibkan oleh Kemendikbudristek sudah sedemikian banyak, guru takkan punya ruang dan waktu untuk menerapkan project based learning dan bentuk pembelajaran mendalam lainnya. Dan tanpa pembelajaran seperti itu, akan sulit pula menumbuhkan nalar kritis dan kreativitas siswasiswa.
Lagipula, kita sekarang hidup dalam era pengetahuan. Akses pada materi pelajaran tidak lagi dimonopoli guru dan sekolah. Peran guru bukan lagi menjadi penyampai informasi. Peran sekolah adalah untuk membantu siswa untuk bisa mencari, mengevaluasi dan menciptakan pengetahuan. Dan materi wajib yang terlalu banyak di kurikulum justru menghalangi guru menjalankan peran ini.
Jadi, ayuk kita sebagai ortu berpikir dari kacamata siswa. Mana yang lebih mereka perlukan untuk masa depannya: lebih banyak materi dalam kurikulum, atau kesempatan untuk mengasah nalar dan karakter?
4. Tiga Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe
Kurikulum prototipe 2022 memiliki sejumlah karakteristik utama yang mendukung pemulihan pembelajaran, yaitu:
- Pengembangan soft skill dan perilaku (menghormati etika, kolaborasi, keragaman, kebebasan, berpikir kritis, kreativitas) akan menerima komponen khusus pembelajaran berbasis proyek;
- Fokus pada materi yang diperlukan untuk memiliki waktu yang cukup untuk mempelajari keterampilan dasar seperti membaca dan menulis;
- Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pengajaran sesuai dengan kemampuan siswa (mengajar pada tingkat yang tepat) dan melakukan penyesuaian terhadap lingkungan dan isi.
Karakteristik utama kedua Kurikulum prototipe 2022 adalah fokus pada hal yang penting. Kurikulum prototipe, atau kurikulum PSP, berfokus pada materi yang dibutuhkan untuk setiap mata pelajaran, untuk menyediakan tempat bagi pengembangan profesional, dengan keterampilan mendalam seperti membaca dan menulis dan berhitung.
Karakteristik utama ketiga adalah kurikulum prototipe 2022 Rancangan kurikulum sekolah dan rencana persiapannya bersifat dinamis. Kurikulum prototipe atau kurikulum PSP menetapkan tujuan pembelajaran di setiap tingkatan (2-3 tahun).
Aplikasi Kurikulum Prototipe Sebagai alternatif untuk memulihkan pembelajaran selama 2022-2024, hal ini dapat dilakukan secara bertahap tergantung pada kapasitas dan tujuan sekolah.
• Tahap 1 Kompleksitas sederhana, dilakukan dengan mengikuti contoh yang diberikan
• Tahap 2 Kompleksitas Dasar, dilakukan dengan menyesuaikan contoh yang diberikan
• Tahap 3 Kompleksitas sedang, yaitu keterlibatan perkembangan dengan sekolah dan anggota masyarakat tergantung pada situasi sekolah.
• Tahap 4 Sangat kompleks, yaitu berkembang dengan melibatkan warga sekolah, tergantung situasi sekolah.
5. Karakteristik Kurikulum Prototipe
Berikut ini akan dmin papaprkan tentang karakteririk 2022 pada jenjang satuan pendidikan seperti PAUD, SD dan SMP (sederjat), SMA, SMK dan SLB (sederajat).
a. Jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
1. Aktivitas bermain sebagai proses pembelajaran utama.
2. Memperkuat pra-literasi dan pembentukan karakter melalui kegiatan belajar-bermain berbasis buku bacaan anak.
3. Tingkat dasar untuk meningkatkan kesiapan sekolah.
4. Untuk memperkuat profil siswa Pancasila, pengajaran berbasis proyek diberikan melalui festival dan festival lokal.
b. Jenjang Sekolah Dasar (SD)
Memperkuat keterampilan dasar dan pemahaman umum
1. Untuk memahami lingkungan sekitar, mata kuliah IPA dan IPS digabungkan dengan mata kuliah IPA dan IPS.
2. Integrasi pemikiran komputasional dalam bahasa Indonesia, matematika dan sains.
3. Bahasa Inggris sebagai Pilihan: Pengajaran berbasis proyek diberikan setidaknya 2 kali per tahun ajaran untuk meningkatkan Profil Pelajar Pansila.
c. Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)
1. Menyesuaikan kemajuan teknologi digital, informatika akan menjadi topik wajib.
2. Panduan untuk Guru Informatika telah dikembangkan untuk membantu guru pemula sehingga pengajaran tingkat mata pelajaran siswa Pancasila akan diadakan setidaknya 3 kali dalam satu tahun ajaran untuk memastikan bahwa guru tidak memiliki latar belakang pendidikan informasi.
d. Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)
1. Lebih fleksibel menyesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa, karena pilihannya adalah materi pelajaran (bukan program khusus/jurusan).
2. Di kelas 10, siswa mempersiapkan diri untuk kelas 11. Mata pelajaran yang dipelajari hampir sama dengan pelajaran di sekolah menengah pertama..
3. Siswa kelas 11 dan 12 akan mengambil mata pelajaran dari kelompok wajib belajar, dan memilih mata pelajaran dari kelompok matematika, IPS, bahasa, dan kejuruan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan cita-citanya.
4. Untuk memperkuat profil Pancillias, pembelajaran berbasis proyek dilakukan minimal 3 kali setahun dan siswa menulis esai ilmiah sebagai syarat kelulusan.
e. Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
1. Dunia kerja dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan pembelajaran.
2. Strukturnya sederhana dalam dua kelompok: umum dan profesional. Persentase kelompok profesional telah meningkat dari 60% menjadi 70%.
3. Menerapkan pembelajaran berbasis proyek dengan menggabungkan isu-isu yang relevan.
4. PKL merupakan mata kuliah wajib minimal 6 bulan (1 semester).
5. Siswa dapat memilih mata pelajaran di luar program pengetahuan mereka.
6. Menyisihkan waktu untuk project penguatan profil dan budaya kerja mahasiswa Pancasila Meningkatkan soft skill
e. Jenjang Sekolah Luar Biasa (SLB)
1. Hasil pendidikan khusus adalah untuk mereka yang memiliki penyakit mental.
2. Penerapan prinsip Peningkatan Kurikulum pada siswa berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa memiliki hasil belajar yang sama dengan sekolah reguler.
3. Sama halnya dengan siswa di sekolah formal, siswa di sekolah luar biasa menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk memperkuat siswa Pancilla dengan menerapkan tema yang sama dengan sekolah reguler berdasarkan karakteristik dan kebutuhan siswa di sekolah luar biasa.
Berdasarkan fitur Kurikulum Prototipe 2022, terlihat bahwa kurikulum prototipe sama dengan kurikulum yang saat ini diterapkan di program sekolah mengemudi atau di kurikulum PSP.
Prototipe Kurikulum 2022 atau Kurikulum Program Sekolah Penggerak, Memiliki 3 fitur utama. Pertama, perkembangan perilaku. Dalam kerangka kurikulum prototipe atau kurikulum PSP, 20-30% jam sekolah digunakan untuk pembelajaran berbasis proyek di Profil Siswa Pancasila.
Pembelajaran berbasis proyek sangat penting untuk pengembangan perilaku karena;
- Memberikan kesempatan untuk belajar melalui pengalaman (learning by experience).
- Mengintegrasikan keterampilan yang diperlukan yang dipelajari oleh siswa dari berbagai disiplin ilmu.
- Struktur pembelajaran yang fleksibel.
Kemendikbudristek menghadirkan 7 tema utama Proyek Mahasiswa Pancasila, yang seharusnya mengembangkan topik dan tujuan yang lebih spesifik ke dalam modul, yaitu:
1. Membangun jiwa dan raga;
2. Rekayasa dan teknologi untuk membangun negara kesatuan Republik Indonesia;
3. Bhinnaka Tungal Ika;
4. Gaya hidup yang berkelanjutan;
5. Seni lingkungan;
6. Kewirausahaan; dan
7. Suara Demokrasi
6. Manfaat Kurikulum Prototipe
Ada beberapa manfaat kurikulum prototipe yaitu sebagai berikut:
1. Guru tidak mengejar tujuan pembelajaran yang padat (tidak mengejar target),
2. Guru menitikberatkan pada kebutuhan dan materi yang dibutuhkan untuk memperkuat perilaku siswa, dan metode pembelajaran lebih baik.
3. Diberi kesempatan untuk menggali potensi siswa melalui berbagai kesempatan belajar, lingkungan belajar lebih menyenangkan bagi guru dan siswa serta guru.
4. Mendorong pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa, dan memberikan ruang tambahan untuk pengembangan perilaku dan keterampilan dasar.
Efisiensi merupakan salah satu jenis model kurikulum prototipe. Ini model bagi guru dan siswa yang tidak merasa terbebani. Menyelesaikan kurikulum darurat jauh lebih tertata dan mudah dengan kurikulum prototipe ini.
6. Enam Hal Baru dalam Kurikulum Prototipe
Ada 6 hal baru yang perlu ketahui dalam kurikulum prototipe, yaitu
Pertama. Kerangka Kurikulum, Profil Pelajar Pancasila (PPP) merupakan acuan untuk mengembangkan standar isi, standar proses dan standar evaluasi atau struktur kurikulum, nilai (CP), prinsip pembelajaran dan penilaian pembelajaran.
Secara umum, struktur kurikulum prototipe yang baru mencakup interaksi tatap muka dengan guru dan kegiatan proyek.
Selain itu, setiap sekolah diberikan kesempatan untuk mengembangkan program kerja tambahan yang akan meningkatkan kinerja siswa dan program tersebut dapat menyesuaikan dengan visi, misi dan sumber daya di sekolah.
Kedua. Hal yang menakjubkan dari kurikulum paradigma baru adalah bahwa pada tahun 2013 kita menyadari kata KTSP KI dan KD: kualifikasi yang harus dicapai siswa setelah proses pembelajaran, dan kemudian dalam paradigma baru kata baru, rangkaian hasil belajar, keterampilan dan sikap Ini adalah proses berkelanjutan yang dibangun di atas kompetensi. Oleh karena itu, setiap pelajaran yang dievaluasi oleh guru harus menunjukkan nilai rata-rata tertentu.
Ketiga. Pelaksanaan proses pembelajaran yang selama ini hanya dilakukan di tingkat sekolah dasar, dibiarkan berlangsung di tingkat lain dalam kurikulum baru. Oleh karena itu, pada jenjang SD, kelas IV, V, dan VI sebaiknya tidak menggunakan pendekatan pembelajaran tematik, atau dengan kata lain sekolah dapat menyelenggarakan pembelajaran berbasis mata pelajaran.
Keempat. Dari segi jumlah jam, kurikulum pawai baru tidak merinci jumlah jam per minggu seperti yang diterapkan dalam KTSP 2013, tetapi jumlah jam per tahun diatur dalam kurikulum pawai baru.
Oleh karena itu, setiap sekolah harus nyaman dalam mengelola pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Suatu mata pelajaran tidak boleh diajarkan pada semester biasa tetapi dapat diajarkan pada semester tersebut atau sebaliknya, misalnya kelas IPA di kelas VIII hanya diajarkan pada semester tersendiri. Hal ini tidak menjadi masalah kecuali jika diselesaikan selama tahun ajaran dan dapat disetujui.
Kelima. Sekolah diberi kebebasan untuk menerapkan model pembelajaran kolaboratif antar topik dan membawanya lintas topik, seperti penilaian berbasis proyek atau proyek secara ringkas.
Di bawah kurikulum prototipe yang baru, siswa sekolah dasar akan dapat melakukan setidaknya dua penilaian proyek dalam satu tahun ajaran. Sementara itu, siswa SMP, SMA/SMK dapat melakukan minimal tiga penilaian proyek dalam satu tahun ajaran. Hal ini untuk memperkuat profil pelajar pancasila.
Keenam. Untuk mata kuliah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada KTSP 2013, maka dalam Kurikulum Surga yang baru, mata kuliah ini akan kembali dengan nama baru yaitu Informatika, dan akan dimulai pada tingkat SMP.
Bagi sekolah yang tidak memiliki guru informatika, tidak perlu khawatir untuk menerapkan mata kuliah ini karena mata kuliah ini tidak boleh diajarkan oleh guru dengan latar belakang informasi tetapi secara umum dapat diajarkan oleh guru.
Hal ini karena pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah mengembangkan buku teks informasi yang akan memudahkan guru dan siswa untuk menggunakan dan memahaminya.
7. Kriteria Sekolah yang Boleh Menerapkan Kurikulum Prototipe
Kriterianya satu: berminat menerapkan kurikulum prototipe untuk memperbaiki pembelajaran.
Kemendikbudristek akan menyiapkan materi yang menjelaskan konsep kurikulum prototipe. Kepala sekolah/madrasah yang ingin menerapkan akan diminta untuk mempelajari materi tersebut. Jika setelah mempelajari materi tersebut sekolah memutuskan untuk mencoba, mereka akan diminta mengisi formulir pendaftaran dan sebuah survei singkat.
Jadi prosesnya adalah pendaftaran dan pendataan. Bukan seleksi.
Kami percaya bahwa keberhasilan penerapan kurikulum tergantung pada kesediaan kepala sekolah/madrasah dan guru untuk memahami dan mengadaptasi kurikulum di konteks masing-masing. Dengan demikian, kurikulum prototipe dapat diterapkan di semua sekolah/madrasah. Bukan hanya di sekolah/madrasah yang punya fasilitas bagus atau yang berada di kota saja.
Tapi bukankah tingkat kesiapan sekolah/madrasah berbeda-beda? Betul. Tidak bisa dipungkiri bahwa ada kesenjangan dalam mutu sekolah/madrasah kita. Karena itu kami menyiapkan skema tingkat penerapan kurikulum, berdasarkan hasil survei yang diisi sekolah ketika mendaftar.
Dalam skema tersebut, sekolah yang sudah terbiasa mengadaptasi materi dan kerangka kurikulum akan disarankan untuk mengadopsi kurikulum prototipe secara penuh. Sekolah seperti ini sebenarnya sudah menerapkan substansi dari pembelajaran yang ingin didorong melalui kurikulum prototipe. Sekarang mereka diberi penguatan dan rekognisi formal.
Sekolah yang belum terbiasa akan disarankan mencoba menerapkan secara parsial. Di tahun pertama, mereka masih menggunakan Kurikulum 2013, namun sambil mempelajari dan menerapkan beberapa komponen dari kurikulum prototipe. Misalnya, menggunakan buku teks baru untuk mapel tertentu, menggunakan asesmen diagnostik untuk literasi dan numerasi, atau pembelajaran berbasis projek untuk tema-tema tertentu.
Sekali lagi, tidak ada seleksi dalam proses pendaftaran ini. Jika ada berita di media yang menyatakan Kemendikbudristek melakukan seleksi, itu keliru ya. Yang kami lakukan adalah melakukan pemetaan tingkat kesiapan dan menyiapkan bantuan yang sesuai kebutuhan.
8. Mengapa Kurikulum Prototipe Dijadikan Opsi?
Ada dua tujuan mengapa kurikulum prototipe dijadikan opsi, yaitu:
Pertama, menegaskan bahwa sekolah memiliki kewenangan dan tanggung jawab mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan dan konteksnya. Kedua, agar proses perubahan kurikulum nasional terjadi secara lancar dan bertahap.
Kita bahas yang pertama. Terkait kurikulum, sebenarnya tugas pemerintah adalah menetapkan kerangkanya. Bukan menetapkan kurikulum yang sudah operasional, yang siap digunakan begitu saja oleh sekolah.
Menyusun kurikulum yang operasional adalah tugas sekolah. Jadi kurikulum antar sekolah bisa dan seharusnya berbeda, sesuai dengan karakteristik murid dan kondisi sekolah. Tentu asalkan mengacu pada kerangka yang sama.
Penyusunan kurikulum operasional ini merupakan bagian dari otonomi profesi guru. Sebagai pekerja profesional, guru memiliki kewenangan untuk bekerja secara otonom, berlandaskan ilmu pendidikan.
Sayangnya, ekosistem pendidikan kita sudah lama dianggap sebagai pelaksana kebijakan pusat. Dalam hal pembelajaran pun demikian. Mindset-nya kepatuhan pada aturan, bukan rasa berdaya sebagai pekerja profesional. Akibatnya regulasi kurikulum dari pusat kerap dianggap sebagai resep atau instruksi. Sampai format dokumen pun banyak yang merasa perlu diseragamkan dari pusat.
Ini sebagian merupakan soal kapasitas guru. Tapi ini sebagian juga karena regulasi yang memang kadang terlalu kaku, rinci, dan menyeragamkan.
Ini yang sedang dicoba ubah, salah satunya melalui kebijakan opsi kurikulum. Intinya bahwa sekolah bertanggungjawab untuk merefleksikan kerangka kurikulum mana yang cocok untuk mereka. Dan bahwa sekolah boleh dan seharusnya menyusun sendiri kurikulum operasional yang kontekstual, sesuai dengan kebutuhan murid dan kondisi sekolah
Selain menegaskan peran sekolah dalam penyusunan kurikulum, pemberian opsi adalah bagian dari manajemen perubahan. Perubahan kerangka kurikulum nasional tentu menuntut adaptasi yang besar. Ini perlu dikelola agar menghasilkan dampak yang diinginkan, yaitu perbaikan kualitas pembelajaran.
Tahapan perubahannya sebagai berikut:
- 2019-2020: Evaluasi Kurikulum 2013.
- 2020-2021: Penyusunan kurikulum prototipe.
- 2021-2022: Uji coba terbatas dan perbaikan kurikulum prototipe melalui Program Sekolah Penggerak (SP) dan Program SMK PK.
- 2022-2024: Perbaikan lebih lanjut melalui penerapan di SP, SMK PK, dan sekolah/madrasah lain yang berminat.
Dengan demikian, perubahan kurikulum nasional baru akan terjadi pada 2024. Ketika itu, kurikulum prototipe sudah melalui perbaikan selama 3 tahun di beragam sekolah/madrasah.
Selain itu, pada tahun 2024 akan ada cukup banyak sekolah/madrasah yang sudah mempelajari kurikulum prototipe dan bisa menjadi mitra belajar bagi sekolah/madrasah lain. Pendekatan bertahap memberi waktu bagi guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan untuk belajar.
Proses belajar para aktor kunci ini penting karena menjadi fondasi transformasi pendidikan. Ingat, tujuan perubahan kurikulum adalah untuk mengatasi krisis belajar. Kita ingin menjadikan sekolah sebagai tempat belajar yang aman, inklusif, dan menyenangkan. Ini tak bisa dicapai dengan perubahan kurikulum saja. Cita-cita ini mensyaratkan perubahan yang sistemik.
Karena itulah kami juga mereformasi sistem evaluasi pendidikan (Asesmen Nasional menjadi elemen kunci di sini). Juga menata sistem rekrutmen dan pelatihan guru; menyelaraskan pendidikan vokasi dengan dunia kerja; mendampingi dinas-dinas pendidikan; dan melakukan penguatan anggaran dan kelembagaan.
Sekali lagi, perubahan sistemik ini takkan terjadi dalam sekejap. Harapannya, tahapan perubahan kurikulum akan memberi waktu yang memadai untuk menyiapkan fondasinya.
9. Apakah Pergantian Kepada Kurikulum Prototipe Tidak Terlalu Cepat?
Kepala BSKAP menjelaskan bahwa bicara soal pergantian kurikulum, kita perlu bedakan antara kerangka kurikulum nasional dan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang digunakan guru untuk merancang pembelajaran. Kerangka kurikulum nasional ditetapkan pemerintah sebagai acuan para guru menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Untuk kurikulum nasional, saya setuju bahwa seharusnya tidak berubah terlalu cepat. Dan sebenarnya laju perubahan kurikulum nasional sudah melambat. Mari kita cek perubahan kurikulum nasional yang terjadi setelah ada UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003: KBK tahun 2004, KTSP tahun 2006, dan K-13 tahun 2013.
Kurikulum prototipe akan menjadi kurikulum nasional pada tahun 2024. Dengan kata lain, pergantian berikutnya baru akan terjadi setelah kurikulum yang sebelumnya (K-13) diterapkan 11 tahun dan melewati setidaknya empat menteri pendidikan (M. Nuh, Anies Baswedan, Muhadjir Effendy, dan Nadiem Makarim). Ini waktu yang cukup untuk menetapkan pergantian kurikulum.
Dan “ganti menteri ganti kurikulum” itu miskonsepsi, keliru secara faktual.
Sekarang kita bicara kurikulum sekolah. Berbeda dengan kerangka nasional, kurikulum sekolah justru harus lebih sering diubah, diperbaiki secara rutin berdasarkan evaluasi penerapan pada tahun atau bahkan semester sebelumnya. Kurikulum sekolah juga perlu diupdate karena adanya perubahan karakteristik murid serta perkembangan isu kontemporer.
Karena itu, kerangka kurikulum nasional juga harus memberi ruang inovasi. Kerangka kurikulum nasional harus betul-betul dirancang sebagai kerangka, sebagai skeleton, yang bisa dan harus dikembangkan lebih lanjut oleh masing-masing sekolah.
Jika kerangka nasionalnya dirancang secara preskriptif, misalnya dengan memasukkan terlalu banyak materi wajib dan mengunci jam pelajaran per minggu, maka sekolah akan sulit berinovasi dalam menyusun kurikulum yang sesuai kebutuhannya.
Intinya, kita perlu sebuah kerangka kurikulum nasional yang relatif ajeg, tidak cepat berubah, tapi memungkinkan adaptasi dan perubahan yang cepat di tingkat sekolah. Inilah yang kami lakukan dengan merancang kurikulum prototipe.
Kurikulum Prototipe Utamakan Pembelajaran Berbasis Proyek
Mulai tahun 2022 hingga 2024, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan tiga opsi kurikulum yang dapat diterapkan satuan pendidikan dalam pembelajaran, yaitu kurikulum 2013, kurikulum darurat, dan kurikulum prototipe. Kurikulum darurat merupakan penyederhanaan dari kurikulum 2013 yang mulai diterapkan pada tahun 2020 saat pandemi Covid-19. Kurikulum prototipe merupakan kurikulum berbasis kompetensi untuk mendukung pemulihan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbudristek, Supriyatno, mengatakan saat ini kurikulum prototipe sudah diterapkan di 2.500 satuan pendidikan yang tergabung dalam program Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan pada tahun 2021. Namun mulai tahun 2022, satuan pendidikan yang tidak termasuk sekolah penggerak pun diberikan opsi untuk dapat menerapkan kurikulum prototipe.
“Tidak ada seleksi sekolah mana yang akan menggunakan Kurikulum Prototipe, namun yang kami lakukan hanya pendaftaraan dan pendataan. Sekolah-sekolah dapat menggunakan kurikulum prototipe secara sukarela tanpa seleksi. Baru nanti tahun 2024 Kemendikbudristek akan menetapkan kebijakan mengenai kurikulum mana yang akan dijadikan kurikulum nasional untuk pemulihan pembelajaran,” ujar Supriyatno dalam kegiatan Sosialisasi Kurikulum dalam rangka Pemulihan Pembelajaran di Kantor Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Bengkulu, Senin (17/1/2022).
Supriyatno mengatakan, salah satu karakteristik kurikulum prototipe adalah menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk mendukung pengembangan karakter sesuai dengan profil pelajar pancasila. Dalam kurikulum prototipe, sekolah diberikan keleluasaan dan kemerdekaan untuk memberikan proyek-proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah.
Pembelajaran berbasis proyek dianggap penting untuk pengembangan karakter siswa karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui pengalaman (experiential learning). “Mereka mengalami sendiri bagaimana bertoleransi, bekerja sama, saling menjaga, dan lain-lain, juga mengintegrasikan kompetensi esensial dari berbagai disiplin ilmu,” kata Supriyatno.
Penerapan kurikulum prototipe untuk pemulihan pembelajaran mendapat dukungan positif dari anggota Komisi X DPR RI, Dewi Coryati. Dalam kesempatan yang sama, Dewi menuturkan, peserta didik maupun pendidik harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan mengejar ketertinggalan dalam pembelajaran. “Seperti kata Charles Darwin, bukan yang terkuat yang menang, bukan yang terbesar yang bertahan, tetapi yang mampu beradaptasilah yang akan mampu bertahan. Kita di Bengkulu butuh adaptasi dengan waktu lebih panjang agar dapat menyerap kebijakan ini lebih baik. Jadi apa yang terbaik untuk Bengkulu nanti dapat ditambahkan dalam implementasi kurikulum prototipe,” ujarnya.
Terkait dengan pembelajaran berbasis proyek, Dewi berharap kurikulum prototipe dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Bengkulu yang kehidupannya agraris. Dewi mengatakan, salah satu produk agraria Bengkulu yang terkenal adalah kopi. “Kita punya universitas namanya Pat Petulai. Titik beratnya di sains perkopian. Ini yang perlu didukung. Sehingga kalau kurikulumnya disederhanakan kemudian lebih mendalam pada satu bidang, maka harus memperhatikan kebutuhan lokal dan melihat pasar ke depan, apa yang dibutuhkan,” ujarnya.
Dewi berharap, keleluasaan yang diberikan kepada pendidik dalam mengimplementasikan kurikulum prototipe dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga mewujudkan pembelajaran yang fokus pada kebutuhan masing-masing daerah serta memperhatikan kearifan lokal. “Sehingga anak-anak kita kalau nantinya akan melanjutkan kuliah dan kurikulumnya sudah disederhanakan, dia akan menjadi expert. Jadi dari kecil sudah fokus, lalu mengambil mata pelajaran yang relevan,” katanya.
>>> SURVEY KURIKULUM PROTOTIPE
Sumber Informasi:
Sumber Materi : PAPARAN KURIKULUM PROTOTIPE
Post a Comment for "Yuk Perlu Tahu Pengertian Kurikulum Prototipe, Manfaat dan Karakteristiknya !!!"
Terimakasih. saran dan kritik. salam LED Sulbar
Post a Comment